Sabtu, 07 Januari 2012

PROFIL RAJA LAHA

Di bawah ini adalah beberapa Profil raja-raja Laha yang telah mempunyai andil yang sangat besar bagi perkembangan dan kemajuan negeri Laha. Mungkin masih ada nama salah seorang Raja yang terlewatkan atau belum dituliskan riwayatnya, karena belum dapat menyusun nama-nama raja Laha sebelum datangnya pemerintah Belanda. Para tetua masyarakat negeri Laha sepakat bahwa pengasas berdirinya negeri Laha adalah PATI RAHMANI yang merupakan Moyang tertua dari Soa Hehuat dan beliaulah yang menjadi raja Laha yang pertama, sedangkan moyang dari Soa Mewar adalah Rabul atau dikenal dengan Moyang Rabul.
Suatu kekurangan yang selama ini disadari adalah tidak terorganisir data/arsip Negeri Laha terdahulu, salah satu penyebabnya adalah banyaknya kesamaan nama dari raja-raja terdahulu dan tidak terorganisir dengan rapih segala arsip pada saat pergantian dari seorang raja ke raja berikutnya. Data-data ini diperoleh melalui wawancara yang mendalam dengan beberapa tokoh adat dan agama di Negeri Laha yang masih tetap eksis sebagai tetua adat negeri dan Bapak Imam mesjid Sultan Khairun Djamil Laha (Laha, Minggu 06 Januari 2008), diantara para tokoh tersebut yaitu; Husen Mewar (Imam), Lukman Yongken (tokoh masyarakat), Umar Hehuat (Tetua Adat), Ismail Mewar (salah seorang ahli waris mewar), dll. Adapun profil Raja Laha yang sempat tercatat di sini adalah sebagai berikut:
H. SAID LATURUA, SE
(2011)
Said Laturua dilantik sebagai Negeri Laha berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Ambon Nomor 955 Tahun 2011 tanggal 5 Agustus 2011. Dan dilantik oleh Wakil Walikota Ambon, MAS Latuconsina, ST.,M.T yang digelar di lapangan sepak bola Laha, Selasa, 27 September 2011.
HASAN ULATH
(2009-2011)
HABIB ALFACHRI BIN TAHIR

(2004-2008)
HABIB ALFACHRI BIN TAHIR
Bagi Masyarakat Negeri Laha, pasti tak akan bertanya banyak akan siapa Said AlFachri bin Tahir atau dikenal dengan nama Habib Alfachri Bin Tahir anak dari Fadil bin Tahir dan Hartini rais, yang lahir pada tahun 1970 di Negeri Laha. Sosok yang keras dan bersahabat ini sedang merampungkan skripsinya di STIA Ambon.
Mungkin inilah figur yang sangat dibutuhkan saat ini dalam memajukan negeri Laha dan memperhatikan kehidupan masyarakat tanpa harus ada golongan dan perbedaan yang menyebabkan perpecahan. Karena banyak belajar dari pengalaman dan sejarah bahkan sangat terinspirasi oleh perkataan John F. Kennedy; “Di masa lampau mereka yang dengan bodoh ingin mencari kekuasaan dengan menunggangi punggung harimau, akan berakhir dalam perut harimau itu”. Tampil bukan untuk menunggangi punggung harimau dan semu, melainkan ingin menjadi harimau yang akan memangsa harimau jadi-jadian agar dapat memajukan masyarakat negeri Laha yang terlalu lama terbuai oleh keprimitifan modern, terlalu pintar untuk dibodohi dan superioritas keakuan individu yang berlebihan.
Meski banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi saat menjabat sebagai Pj. Negeri Laha, baik yang datang dari masyarakat negeri Laha sendiri maupun pihak luar, namun apa yang telah menjadi tujuan dasar sebagai tugas suci tak terabaikan yaitu melindungi rakyat negeri ini dan hak-hak mereka. Prinsip inilah yang sangat menggugah hati sebagian orang, dan tidak berlebihan jika mereka menjulukinya sebagai “Bush Laha”, karena ada antar keduanya dalam menyikapai tantangan serta cemohan dengan ucapan ; ” Mereka dapat mengatakan apa saja yang mereka inginkan tentang saya, tapi setidaknya saya tahu siapa saya, siapa sahabat-sahabat saya dan apa yang telah menjadi tujuan dasar kita”. Sejarah pun telah membuktikan bahwa tidak ada orang besar dan sukses tanpa adanya tantangan dan cemohan, jika tidak ingin difitnah maka janganlah menjadi pemimpin.
80 (delapan puluh) kali rapat yang diadakannya selama setahun menjabat, bukanlah rapat yang sia-sia melainkan telah banyak membuahkan hasil sebagai bukti tercapainya Motto utama yaitu “Sedikit Berkata Banyak Berkarya” dengan berbagai pembangunan baik fisik maupun non-fisik, misalnya; Pengaspalan jalan, Pembangunan Talut sepanjang 810 m, Air bersih (6 mata sumur), Saluran air, Pertama kali dalam sejarah Laha dibangunnya Koperasi, Berani tampil mempertahankan tanah Negeri (bukan memiliki/menjualnya).
Bukti nyata inilah yang seharusnya menjadi tolak ukur bagi masyarakat negeri laha sebagai pengoreksian diri masing-masing dan perbandingan dengan raja-raja sebelumnya, agar tidak berpicik mata memandang sebelah sebagai reaksi dari kecemburuan sosial di dada melainkan benar-benar demi kepentingan masyarakat.
Sosok semacam inilah yang dibutuhkan untuk negeri Laha dalam memajukqan negeri mereka di dalam menggalang kebersamaan demi terwujudnya sebagian dari cita-cita masyarakat yang tertunda dan terdzalimi oleh ambisi individu.
FRANKY MEWAR S.Sos (Raja negeri Laha ke-23. 1998-2002)
Franky Mewar
Nama yang sudah sangat tak asing lagi di kuping masyarakat Ambon umumnya dan masyarakat Negeri Laha khususnya, sosok yang bersahabat mudah merangkul dan bersahaja adalah anak dari pasangan Yusuf bin Abdurraqib bin Jafar (Ternate) dan Ri Tan yang lahir di kota Ambon. Dari silsilah neneknya adalah Mewar, dan keturunannya menggunakan marga mewar disebabkan sulitnya mendapatkan atau ikut serta pada sekolah-sekolah Belanda yang hanya menerima anak yang keturunan Raja.
Sebelum menjabat sebagai Raja Negeri Laha (1997), beliau adalah salah seorang pegawai Dolog prpvinsi Maluku, dengan prakarsa dari H.Fadil Bin Tahir dan H.Lukman Yongken dengan melihat akan pengalamannya kemudian dipaparkan pada suatu rapat pemerintah Negeri Laha dalam upaya mencari seorang Raja yang akan mengisi kefakuman. Sebelumnya masyarakat negeri Laha tidak ada yang setuju, namun setelah sebagian orang tua mulai terpengaruh dengan ide dari kedua orang tersebut, sehingga diadakanlah aklamsi dan hasil akhirnya adalah kesepakatan untuk menjadikan Franky Mewar S.Sos sebagai Raja.
Pemerintah sementara negeri Laha mengutus 5 (lima) orang untuk menghadap kepala Dolog Maluku perihal meminta salah seorang pegawainya yaitu Franky sebagai pengemban amanat masyarakat Laha, Hal ini disetujui oleh Kepala Dolog, dan masyarakat Laha mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut hingga pada acara pelantikan Raja.
Dalam Menjalankan kepemimpinannya sebagai Raja Laha telah membawa warna dan corak baru bagi kehidupan bermasyarakat di negeri Laha dan telah mengadakan berbagai pembaharuan, perbaikan dan pembangunan, misalanya; membangun kantor desa Laha dengan megahnya dan telah memugar lapangan sepak bola Laha, dll.
Pada tahun 2004, Franky Mewar mengundurkan diri sebagai Raja Laha, kemudian mencalonkan diri sebagai anggota DPRD II dari partai PBR, dan hingga saat ini, beliau masih sebagai anggota DPRD II.
Ir.JUNAID MEWAR (Raja Laha ke-22. 1994)
Junaid Mewar
Junaid Mewar , anak dari Ibrahim Mewar ini lahir di Hila. Selama menjabat sebagai raja Laha tidaklah terlalu banyak mengadakan perubahan maupun pembangunan, melainkan melanjutkan program-program terdahulu. Hal ini disebabkan karena terlalu singkat masa jabatannya dan kurangnya dukungan dari masyarakat Laha itu sendiri.
AHMAD PARTOLA (Raja Laha ke-21. 1987-1988)
ahmad partola
Ahamad Partola adalah sosok yang berdarah Kulur ini adalah anak dari Salem dan Jamila Henaulu yang lahir di Laha. Beliau kemudian diangkat oleh raja Husen sebagai anak dengan suatu upacara adat, yang kemudian mempersunting seorang puteri yang bermarga Mewar.
Pada tahun 1981, masyarakat negeri Laha meminta beliau untuk menjadi raja di Laha, namun sayangnya pada saat itu beliau sementara dalam ikatan dinas di Makassar dan beliau mengusulkan untuk mencari penggantinya. Setelah pensiun dari ABRI AD dengan pangkat terakhir sersan maka siaplah beliau dan diangkat dan dilantiklah menjadi raja Laha.
Selama kurun waktu 1 tahun 40 hari beliau telah dipanggil menghadap Ilahi dan berakhirlah masa jabatannya. Waktu yang singkat ini beliau banyak menggunakannya untuk memperbaiki moral masyarakat dengan banyak beribadah dan meninggalkan perbuatan tercela, seperti mabuk-mabukkan dan lain-lain.
dan semua hasil jerih payah beliau dianggap sebagai terobosan baru dalam kehidupan bermasyarakat di negeri Laha. Beliau dimakamkan di pemakaman Raja-raja Laha.
HUSEIN HENAULU (Raja Laha ke-20. 1983-1987)
husein henaulu
Husein henaulu adalah figur yang dirasa pantas untuk menjadi raja Laha di saat Ahmad Partola sedang berdinas dan menolak untuk sementara tawaran masyarakat negeri Laha. Dari garis keturunan Bapaknya adalah bermarga Henaulu sementara dari garis neneknya adalah Mewar, Beliau lahir di Laha tahun 1934 M. adalah pensiunan ABRI dengan pangka terakhir Letnan.
Selama menjabat sebagai Raja Laha, beliau telah bayak melakukan perubahan dan pembangunan di negeri Laha, seperti pengaspalan jalan dan lain-lain.
MUHAMMAD MEWAR (Raja Laha ke-19. 1963-1982)
Muhammad mewar
Muhammad Mewar adalah anak dari pasangan Safiuddin Mewar (Din) dan Seha yang lahir di Negeri Laha. 23 tahun menjabat sebagai raja Laha adalah priode yang terhitung lama, dan selama menjadi Raja negeri Laha beliau telah banyak memperhatikan masyarakat.
Pada sisa-sisa umurnya, beliau menghabiskan waktu untuk mengajar anak-anak Laha untuk mengaji dan lebih menekuni agama. Beliau dimakamkan di pemakaman Raja-Raja Laha di belakang Mesjid Sultan Khairun Djamil Laha.
HABIB ALI BIN TAHIR (Raja Laha ke-18. 1946-1953.M)
Habib Ali bin Tahir
Habib Ali bin Tahir adalah anak dari pasangan Habib Abdullah bin Tahir dan dan ibu ponegoro yaitu Kasiam, beliau lahir di Ambon dan kemudian mengawini putri dari Mewar.
Beberapa tahun menjadi Pjs negeri Laha, kemudian dilantik dengan upacara adat negeri sebagai Raja Laha, dan berselang beberapa tahun beliau wafat dan dimakamkan di pemakaman Raja Laha.
HUSEIN MEWAR (Raja Laha ke-17. 1936-1946.M)
Husein Mewar adalah adik dari Raja Abdullah anak dari raja Rabul Mewar, beliaulah raja yang telah menerima ganti rugi tanah ervach 5 dari pemerintah Belanda dan uang hasil tanah tersebut, beliau gunakan untuk membeli tanah di Kota Ambon di daerah Soabali atau Pohon Pule, sehingga di daerah tersebut hingga saat ini masih terdapat suatu jalan yang bernama Jl. Raja Laha. beliau dimakamkan di kota Ambon.
ABDULLAH MEWAR (Raja ke-16. 1925-1936.M)
Abdullah Mewar Adalah kakak dari Husein Mewar, yang selama menjadi raja negeri Laha telah banyak menjaga hak-hak negeri, beliau dimakamkan di kota Ambon.
HAMZAH MEWAR (Raja Laha ke-15. 1917.M)
Hamzah mewar adalah seorang Raja yang pernah membuat suatu kekeliruan saat menjadi raja, yang kemudian beliau diusir dan diasingkan dari negeri Laha oleh para tetua negeri dan masyarakat.
RABUL MEWAR (Raja ke-14. 1875.M)
Rabul Mewar adalah moyang dari soa mewar Raja, beliau dimakamkan tepat di belakang mesjid sultan khairun jamil Laha.
HADING MEWAR (Raja Laha ke-13. 1812.M)
Tidak menemukan data pribadi tentang beliau

SEPUTAR LAHA

Peresmian kakihang Laha cukup ramai dan meriah meski dibasahi oleh hujan namun koko dan kehadiran para tamu terutama bapak Gubernur dan Ibu semakin menghikmatkan peresmian tersebut.thanks untuk semuanya



Pada hari Sabtu tang­gal 25 Maret 2011 Pukul 08.00–11.00 Wit telah beralangsung aksi unjukrasa Masyarakat Negeri Laha di luar area Landasan Bandara Pat­timura Kota Ambon, aksi unjukrasa dilakukan ter­kait sengketa lahan antara TNI-AU / PT. Angkasa Pura dengan Negeri Hatu, padahal lahan yang disen­gketakan kedua belah pi­hak merupakan lahan mi­lik Negeri Laha, jumlah massa lebih kurang 500 (lima ratus) orang yang dipimpin oleh HABIB BIN TAHER, Dalam tuntutannya massa meminta agar PT Angkasa Pura segera menyelesaikan ganti rugi tanah yang ada di kawasan Bandara, massa juga memasang papan nama yang bertulisan TANAH INI MILIK NEGERI LAHA”.


Impian warga Negeri Laha, Kecamatan Teluk Ambon untuk memiliki raja definitif akhirnya terjawab, setelah Wakil Walikota Ambon, MAS Latuconsina, ST.,M.T melantik H. Said Laturua, SE sebagai Raja Negeri Laha.